Mengharukan Pengemis Ini Baru Mampu Beli Baju Anaknya Setelah 2 Tahun Menabung, Berikut Kisahnya


Bagi yang berduit, membeli baju baru ibarat membeli permen. Tapi orang yang tak berpunya seperti pengemis, hal itu sangat bertolak belakang.
Seorang pengemis di Bangladesh ini harus menabung dua tahun agar bisa membeli baju baru untuk putrinya.

Berapa harga baju itu? Hanya 600 taka (mata uang Bangladesh) atau Rp 99.235.43,-
Kisah haru biru ini diunggah fotografer GMB Akash di Facebook bersama foto si ayah dan putrinya.
Berikut kisah lengkapnya si pengemis yang bikin mata berkaca-kaca:

"Kemarin, saya berhasil beli baju baru untuk anak perempuan saya setelah dua tahun. Dua tahun lalu, ketika saya menyerahkan 65 taka (setara Rp 10.750,50,-) kepada penjual, dia menjerit ke arah saya bertanya, apakah saya ini seorang pengemis. Anak saya pegang tangan saya dan menangis mau meninggalkan toko itu sambil berkata, dia tidak mau membeli baju baru. Saya menghapus air matanya dengan sebelah tangan.

Ya, saya seorang pengemis. Sepuluh tahun lalu saya tak pernah menyangka akan meminta-minta duit dari orang. Satu malam bus terjatuh dari sebuah jembatan dan tidak mengira saya masih hidup. Saya masih hidup tetapi cacat. Anak lelaki bungsu saya selalu tanya di mana tangan kiri tertinggal. Anak perempuan saya, Sumaiya, pula selalu suapkan saya setiap hari dan berkata dia tahu betapa sukarnya bekerja sebelah tangan.

Setelah dua tahun (hari ini), anak perempuan saya memakai baju baru. Sebab itu saya bawa dia bermain sebentar. Mungkin saya langsung tidak dapat duit hari ini, tapi saya mahu bermain sebentar bersama anak kecil saya. Diam-diam, saya pinjam ponsel jiran tanpa memberitahu istri saya. Anak perempuan saya tidak pernah difoto dan saya mau buat hari ini menjadi hari yang istimewa buatnya. Bila satu hari nanti saya mampu beli ponsel, saya akan ambil banyak foto anak-anak saya. Saya akan simpan semua kenangan manis.

Sukar untuk memasukkan anak saya ke sekolah, tapi saya sendiri yang mengajar mereka. Kadang-kadang mereka tidak boleh ikut ujian karena untuk membayar iurannya kadang-kadang mustahil buat saya. Pada hari itu, saya akan beritahu mereka, kadang-kadang kita sudah lulus, karena ini ujian yang kita lalui setiap hari.

Sekarang saya akan pergi mengemis. Saya akan minta anak saya menunggu di satu tempat. Saya akan melihatnya dari jauh ketika saya mengemis. Saya rasa malu bila dia tengok saya apabila saya tadah tangan kepada orang lain. Tapi dia langsung tidak meninggalkan saya seorang diri. Karena ada bus besar dan dia fikir kemalangan boleh berlaku lagi. Mobil-mobil bisa menabrak dan saya akan mati.
Apabila saya dapat sedikit duit, saya akan pulang ke rumah sambil memegang tangan anak saya. Kami akan pergi ke bazar dalam perjalanan rumah dan anak saya selalu bawa tas itu. Ketika hujan, kami suka biarkan basah dan berbincang tentang impian kami.

Jika tak dapat uang, saya akan pulang dengan senyap. Hari itu saya seperti mahu, mati tapi malamnya, apabila anak-anak saya tidur sambil memeluk saya, saya berfikir hidup ini tidak susah sekali. (Hidup) hanya sulit bila anak perempuan saya menunggu sambil tundukkan kepala ke bawah. Saya tidak dapat lihat mata dia ketika mengemis.

Tapi hari ini hari yang lain. Karena hari ni anak perempuan saya sangat gembira. Hari ini bapanya bukan seorang pengemis. Hari ini, bapanya seorang raja dan ini adalah putrinya.''
MD Kawsar Hossain


Comments
0 Comments

No comments